
Setelah
aksi Vina Candrawati sukses memukau para penonton lewat keahliannya
melukis pasir di kancah Indonensia Mencari Bakat, lukisan pasir mulai
banyak diapresiasi masyarakat luas. Sebelumnya memang ada nama pelukis
pasir dari Indonesia yang memang sudah melalang buana dengan hasil karya
lukisnya yaitu Deny Darko. Pelukis pasir dari luar negeri juga ada
yaitu Kseniya Simonova dan Ilana Yahav.
Namun,
rupanya seni lukis pasir sudah digunakan dan dikembangkan pada tahun
1940-an. Dipakai pertama kali oleh suku Najavo Amerika Serikat dalam
ritual keagamaan. Lukis pasir kemudian berkembang tidak hanya sebagai
ritual keagamaan namun juga kesenian. Bahkan beberapa negara juga
mengembangkan seni ini menjadi ciri khas kebudayaan di sana.
Negara-negara mana sajakah yang mengembangkan seni lukis pasir ini? Mari
kita simak berikut ini:
1. Suku Najavo Amerika Serikat

Suku
Najavo adalah suku asli bangsa Amerika dengan populasi terbesar di
Amerika. Mereka mendominasi wilayah negara bagian New Mexico, Arizona,
dan Utah. Sebelum era 1940-an, seni lukis suku Najavo yang yang
digunakan untuk ritual penyembuhan biasanya menggunakan media tanah di
dalam sebuah tempayan dan akan dihancurkan saat upacara telah selesai.
Namun, setelah era 1940-an, lukisan tersebut dipermanenkan, walaupun
dipamerkan secara umum namun lukisan-lukisan tersebut masih menganut
adat keagamaan suku tersebut serta mencerminkan gaya hidup suku Najavo.
Proses
pembuatannya pasir dilukis di atas kulit hewan dan kain untuk pakaian.
Pasir yang digunakan berasal dari batuan alam yang dihancurkan dan
berwarna natural seperti putih atau merah bata, mereka juga menambahkan
mineral untuk membuat nuansa lain di dalam lukisan.
2. Suku Tibet

Suku
Tibet yang mayoritas beragama Budha mempunyai kebiasaan melukis pasir
yang bermakna spiritual. Bentuk lukisan yang terkenal di suku tersebut
adalah Mandala. Bentuk ini berupa lingkaran sakral dalam ajaran agama
Hindu dan Budha. Konon lukisan pasir dari Tibet memiliki pola paling
rumit dari pembuat lukisan pasir negara lain.
Proses
membuatnya cukup rumit, Mandala (lingkaran kosmogram) disusun sesuai
tingkatan lingkaran dalam ajaran budha, pasir tercat berwarna-warna dan
digunakan sebagai alat lukis. Proses pembuatan berhari-hari, bahkan para
Biksu Budha harus belajar khusus sebelum bisa membuat pola Mandala
selama tiga tahun. Namun sayangnya setelah tidak digunakan harus
dihancurkan sebagai lambang ketidakkekalan kehidupan dan petuah agar
tidak tergantung dengan benda-benda duniawi yang tidak abadi.
3. Belanda

Pembuatan
lukisan pasir di Belanda dilakukan di atas lantai sebagai karpet. Pasir
dilukis menggunakan sapu sesuai pola, biasanya pola tersebut cukup
sederhana. Karpet pasir tersebut biasanya hanya digunakan ketika
perhelatan acara khusus atau perayaan sesuai budaya Belanda.
4. Jepang

Pembuatan
lukisan pasir di Jepan digunakan untuk ritual keagamaan Budha. Sama
seperti di Tibet, pada Biksu membuat lukisan ini namun bukan berpola
Mandala. Pasir yang ada di atas nampan dan sudah diwarnai sesuai
kebutuhan dicampur dengan kerikil kemudian mulai dilukiskan dengan
konsep alam (pegunungan, pertanian, pemandangan alam dan sebagainya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar